Sumbangan ISLAM Untuk Peradaban DUNIA

SEBELUM tiba zaman Renaissance , Eropa dilanda zaman gelap (dark age). Maksud dark age ini merupakan zaman masyarakat Eropa menghadapi kemunduran intelektual dan kelembaban ilmu pengetahuan. Sementera masanya pula menurut Encyclopedia Americana adalah periode 1000 tahun, yang dimulai antara zaman kejatuhan Kerajaan Romawi dan berakhir dengan kebangkitan intelektual pada abad ke-15 Masehi.
"Gelap" juga berarti tidak ada prospek yang jelas bagi masyarakat Eropa. Situasi ini ada karena tindakan dan cengkraman kuat pihak berkuasa agama; Gereja Kristen yang sangat berpengaruh. Gereja serta para pendeta mengongkong pemikiran masyarakat dan juga politik.
Mereka berpendapat hanya gereja saja yang berkualifikasi untuk menentukan kehidupan, pemikiran, politik dan ilmu pengetahuan. Akibatnya kaum cendekiawan yang terdiri dari ahli-ahli sains berasa mereka ditekan dan dikontrol. Pemikiran mereka ditolak. Barang siapa yang mengeluarkan teori yang bertentangan dengan pandangan gereja akan ditangkap dan didera malah ada yang dibunuh.
Dalam politik, gereja sering bersaing dengan kekuatan-kekuatan pemerintah. Biasanya apa yang terjadi di Eropa pada abad pertengahan itu adalah kekuasaan gereja lebih kuat dan adakalanya terjadi seperti kerjasama,Thomas Aquinas (m 1274) seorang ahli pikir zaman ini mengeluarkan teori "negara wajib tunduk kepada kehendak gereja". St Augustine (m 430) sebelumnya juga berpendirian demikian. Sedangkan Dante (1265-1321) berpendapat kedua-dua kuasa itu hendaklah masing-masing berdiri sendiri, dan harus bekerjasama untuk mewujudkan kebajikan bagi manusia (Joseph H Lynch, 1992, 172-174) .
Diringkas cerita sejarah, golongan cendekiawan sentiasa memberontak terhadap dan kongkongan gereja tersebut. Pada kurun kedua belas, gerakan intelektual telah mulai berjalan. Cerdik pandai Eropa mulai bersikap lebih berminat untuk tahu dan lebih ghairah terhadap kebudayaan bangsa Timur yang telah lama maju. Dan Timur yang dimaksudkan itu adalah Timur Tengah.
Beberapa kota besar di Timur Tengah telah menjadi kata ilmu pengetahuan seperti Iskandariah, Harran, Antiok dan Baghdad. Diskusi akademis yang melibatkan judul besar seperti metafisika, kedokteran, astronomi, etik, politik, fisika dan sejenisnya dibahas secara terbuka dan ilmiah. Ini berarti sewaktu dunia Islam sudah menikmati kemajuan dan peradaban yang tinggi, Eropa masih diselimuti kegelapan dan kemunduran! Dunia telah diperlihatkan tentang betapa hebatnya perkembangan intelektual dan ilmu pengetahuan di dunia Islam antara abad ke-9 hingga ke-12.
Sewaktu pemerintahan khalifah-khalifah Abbasiyah yang mashyur; al-Mansur (754-75), Harun al-Rashid (786-809) dan al-Makmun (813-833 ) wilayah-wilayah Islam khasnya di Baghdad telah disuburkan dengan kemunculan ahli-ahli pikir besar seperti a l-Kindi, al-Farabi, Ibnu Sina, al-Biruni, Ibnu Miskawayh al-Razi, al-Khawarizmi, Ibnu Haitham, Ibnu Rusyd Ibnu Bajja, Ibnu Masarrah, Ibnu Tufail, dan Ibnu Khaldun . Mereka menjadi pemikir dalam bidang-bidang f alsafah, metafisika, fisika, matematika, etik, politik, psikologi, kedokteran, geografi, astronomi, kimia, optik, dan musik . Sebuah institusi bernama Baitul-Hikmat telah secara langsung membantu operasi ilmiah ini dengan sukses.
Kawasan Islam yang dekat dengan Eropa adalah Spanyol. Di sini perkembangan intelektual juga terjadi dengan pesat. Philip K Hitti dalam bukunya The Arabs: A Short History menukilkan seperti berikut: "Moslem Spain wrote one of the brightest Chapters in the Intellectual history of medieval Europe. Between the middle of the eighth and the beginning of the thirteenth centuries, the Arabic-speaking peoples were the main bearers of the torch of culture and Civilization sepanjang world , the medium through which Ancient science and philosophy were recovered, supplemented and transmitted to make possible the renaissance of Western Europe. "(h 174-175).
Untuk memenuhi kehendak baru masyarakat intelek Eropa ini, usaha terjemahan telah dibuat terhadap bahan-bahan ilmiah dari negara-negara Islam. Mereka tidak menerjemahkan bahan-bahan ilmiah itu dari bahasa Yunani.Charles Singer dalam bukunya A Short History of Scientific Ideas to 1900 mencantumkan tujuh alasan mengapa tindakan terjemahan lebih banyak buku berbahasa Arab. (h 175-176):
1. Sebelum kurang lebih tahun 1200, ilmu-ilmu Islam lebih teratur, lebih asli, lebih penting daripada ilmu-ilmu Romawi Timur.
2. Bahasa Yunani Romawi Timur jauh sekali dari bahasa klasik. Bahasa yang digunakan oleh Aristotle sukar difahami oleh rahib-rahib yang menjaga manuskrip-manuskripnya.
Tetapi bahasa Arab klasik pula mudah dimengerti oleh setiap orang berpendidikan tinggi yang bertutur dan menulis bahasa Arab.
3. Keseluruhan kecenderungan ilmu Rom Timur mengarah kepada teologi falsafah dan ilmu sains.
4. Saluran-saluran bisnis dengan Barat baik secara langsung dengan Islam ataupun dalam wilayah-wilayah asing terkepung di dalam Kekaisaran Romawi Timur.
5. Dalam zaman pertengahan bahasa dipelajari secara bertutur dan bukunya dari tata bahasa Yunani.
6. Kuasa Kristen Latin tidak mencapai kemajuan di dalam menduduki Wilayah Romawi Timur. Di pihak lain pula Islam sedang mundur di Barat.
7. Bantuan dari orang Yahudi diperoleh untuk bahasa Arab, tetapi jarang sekali untuk bahasa Yunani.
Antara penerjemah Barat perintis dari bahasa Arab ke bahasa Latin ialah Adelard of Bath (c 1090 - c 1150) yang telah pergi ke Spanyol dan kepulauan Sicily. Layanan beliau yang terkemuka ialah bidang matematika. Ia menerjemahkan karya al-Khawarizm i - Arithmetic -dan diperkenalkan ke Barat. Ia juga menerjemahkan karyaEuclid dari bahasa Arab. Selanjutnya ia menulis suatu dialog terkenal Natural Questions yang merupakan sejenis ikhtisar permulaan tentang ilmu sains Arab.
Satu bidang ilmu di Spanyol yang lebih progresif adalah astronomi. Sebuah kutub khanah dan akademi didirikan di Cordova pada tahun 970 M dan badan-badan yang serupa muncul di Toledo dan beberapa tempat lain. Ketua ahli-ahli astronomi Spanyol dikenal oleh orang Latin sebagai Arzachel. Di Toledo ia menyusun apa yang disebut"tabel Toledo "yang telah mencapai suatu tahap kejituan yang tinggi.
Alpetragus adalah seorang dari ahli astronomi yang terakhir. Ia menulis buku teks astronomi untuk mengganti teori-teori Ptolemeus dengan suatu sistem planet yang benar-benar sepusat dan berhasil menemukan cadangan-cadangan ke Copernicus (1993, 168-69).
Penerjemah terkemuka menurut Charles Singer adalah Gerard of Cremona (1114-87). Ia menghabiskan banyak waktu di Toledo dan menimba ilmu-ilmu Arab dari guru-guru Kristen lokal. Ia telah berhasil menerjemahkan buku berbahasa Arab ke Latin tidak kurang dari 92 buah karya Arab yang lengkap. Banyak daripadanya amat panjang, misalnya Almagest karya Ptolemeus dan Canon karya Ibnu Sina. Canon ini merupakan Canon fi al-Tibb, yaitu kitab kedokteran (1993, 178).
Mereka juga menerjemahkan buku-buku filsafat. Di antara penerjemah-penerjemah cemerlang Eropa waktu itu adalah Gundissalines (1130-1150).
Ia telah menerjemahkan beberapa bab dari kitab al-Syifa 'oleh Ibnu Sina, buku Ihsa al-ulum oleh al-Farabi, Risalat al-aqli Wa al-Ma'qul oleh al-Kindi, maqasid al-Falsafah oleh al-Ghazali, juga beberapa buah buku tentang Astronomi. Herman dari German, seorang Uskup bekerja menerjemahkan buku di Toledo. Pada tahun 1240, ia telah menerjemahkan review Ibnu Rusyd terhadap buku Ethica Nicomachaea karangan Aristoteles. Pada tahun 1250, beliau menyalin dari bahasa Arab buku Rheforica oleh Aristoteles dengan memakai alasan-alasan al-Farabi, Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd.
Pada tahun 1256, beliau menyalin buku review dari Ibnu Rusyd terhadap buku Phoetics karangan Aristoteles. Buku al-Syifa 'oleh Ibnu Sina yang telah juga diterjemahkan ke bahasa Latin telah diterbitkan di bawah judul Sufficientia Physicorum di mana anggota fikir Barat Roger Bacon sering membuat referensi. Tentang Rusyd pula, Michael Skot telah membuat terjemahan ke bahasa Latin, komentar-komentar beliau tentang buku filsafat Yunani De Caelo et Mundo, De Enima, De Generatione et Conruptione, Physica, Metaphysica, Metarologica, Parva Maturalia dan De Substancia Orbis.
Robert dari Chester (1110-1160), pernah tinggal di Spanyol, adalah antara orang yang mula-mula menerjemahkan al-Quran. Sementara buku-buku ilmiah pula, ia menerjemahkan teks alkimia yang mula-mula sekali terbit dalam bahasa Latin. Terjemahan beliau bagi karya al-Khawarizmi Aljabar telah berhasil diperkenalkan kepada orang Latin. Sewaktu di England, ia menghasilkan tabel-tabel astronomi untuk garis bujur London berdasarkan karya al-Battani dan garis lintang pula berdasarkan karya al-Khawarizmi.
Raymond Lull (633-716/1236-1316) telah mempelajari bahasa Arab di Majorea dan filsafat Islam di Bugia di Tunisia. Ia telah menerjemahkan Asma'al-Husna oleh Muhyi al-Din ibn Arabi. la juga ada membuat saduran dan penyesuaian beberapa Passage dari Futuhat al-Makkiyah hingga ia sendiri dapat menulis hal-hal berkenaan dengan sufis, akidah dan filsafat. Tetapi ia juga yang memberi inisiatif kepada pihak Kristen supaya melancar serangan moral menentang Islam.
Pengaruh al-Ghazali juga didapati sangat keras. Dalam konteks ini, al-Ghazali dianggap ahli teologi dan filsafat. Miguel Asin Palacios telah mempelajari bukan saja buku Tahafut al-Falasifah oleh al-Ghazali malah lain-lain bukunya seperti maqasid. Buku maqasid telah diterjemahkan ke Latin diberi judul Logika et philosophia Algazelis Arabic oleh Gundisalvas dan diterbitkan di Venice pada 912/1506. Buku lain seperti al-Nafs al-Insani juga diterjemahkan dan diberi judul De Anima Humana (M M Sharif, A History of Muslim Filsafat, 1966, h 1360).
Proses penerjemahan berbagai ilmu dari Timur khususnya Spanyol yang dibantu juga oleh siswa Yahudi. Bahasa Arab adalah suara waktu itu. Nama-nama Yahudi yang terkenal pada zaman tersebut adalah seperti Solomon ibn Gabirol (1021-58) dari Sarafossa, Moses ben Maimon (1135-1204) dari Cordova.
Terjemahan buku-buku Ibnu Rusyd yang mereka lakukan menjadi bahan akademis yang sangat berpengaruh. Terjemahan-terjemahan tersebut telah memberi makna besar terhadap peradaban Eropa seperti yang disebut oleh Philip KHitti di atas.
Bahan-bahan tersebut dipelajari oleh para sarjana dan mahasiswa setempat. Ketika Frederick II memerintah Italia, ia telah mendirikan Universitas Neples dan di sini pengetahuan dari dunia Islam itu telah dipelajari. Universitas Paris dibangun pada tahun 1236, kemudian Universitas Bologna dan Oxford di London. Universti-universitas ini menjadi pintu masuk ilmu-ilmu dari dunia Islam secara resmi kepada masyarakat Eropa pada abad pertengahan.
Kemunculan Universitas Paris sebagai pusat pembelajaran adalah sebab penting ke arah perkembangan bidang filsafat pada abad ketiga belas. Upaya-upaya mempelajari filsafat Aristoteles serta sejarah besar review-review teks yang dibuat oleh orang-orang Islam dari Baghdad dan Spanyol di bidang-bidang epistemologi, metafisika dan etika berdasarkan pemikiran al-Farabi, Ibnu Gabirol, Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd telah berlaku.
Kerja-kerja terjemahan diperhebatkan. Cendekiawan Paris sibuk mempelajari buku-buku yang berjudul Deintellectu et intelligibili Sering merujuk kepada Ibnu Rusyd seberapa rujukannya terhadap Aristotle. St Thomas Aquinas merujuk kepada Ibnu Sina dalam karyanya guaestiones disputaEae de veritate (Permasalahan yang dipertentangkan mengenai kebenaran). Buku medis Ibnu Sina yaitu Qanun Fi al-Tib dipelajari di Eropa hingga abad ke-17.
Pengaruh Ibnu Rusyd di Eropa menurut Bertrand Russell sangatlah kuat, bukan saja di kalangan golongan skolastik, tetapi juga di kalangan kelompok besar pemikir bebas bukan profesional (a large body of improfessional free-thinkers) yang menafikan keabadian (immotality).
Mereka digelar pengikut Ibnu Rusyd.Sementara di kalangan filsuf profesional, peminatnya yang utama adalah anggota Mazhab Franciscan dan mereka yang berada di Universitas Paris. (Russell, 413-421).
Orang-orang penting di abad pertengahan seperti Sigervan Brabant dan Boethius adalah antara pengikut Ibnu Rusyd hingga mereka mendapat kemurkaan pihak gereja. Christopter Colombus sendiri mendapat ilham dari Ibnu Rusyd.Dalam usahanya untuk menyeberangi lautan Atlantik, beliau dihalang oleh berbagai pihak terutama sekali gereja. Tetapi ia bertekad ingin melanjutkan juga ekspidisi berbahayanya. Apabila ditanya dimanakah beliau mendapat ilmu dan keberanian untuk pelayaran itu, ia menyebut "dari buku-buku Ibnu Rusyd!".
Kaum wanita pula yang tertekan oleh berbagai diskriminasi telah mendapat ilham dan semangat baru ketika membaca buku-buku Ibnu Rusyd mengenai wanita dan hak-hak mereka. Kesadaran ini telah menimbulkan gerakan feminisme dan ia dipelopori oleh Dubois di Perancis dan Ockham di England yaitu kira-kira dua abad setelah kematian Ibnu Rusyd. Menurut para peneliti pengaruh Ibnu Rusyd setidak-tidaknya terus berpengaruh selama empat abad di Eropa.
Makna penting walaupun singkat tampilan di atas adalah bangsa Barat khususnya Eropa telah mengambil inisiatif besar menerjemahkan malah mempelajari berbagai jenis ilmu dari dunia Islam Spanyol dan lain-lain wilayah di Timur Tengah. Ilmu-ilmu yang diterjemahkan itu melewati ilmu-ilmu filsafat, kedokteran, astronomi , matematika, logika, akhlak (Etika), kimia, dan aljabar. Lahir Universitas-universitas Neples, Bologna, Paris, Oxford, dan Köln, akhirnya Eropa berhasil melewati masa gelap meluncur menuju zaman Renaissance. Ilmu-ilmu dari dunia Islam telah membawa keberhasilan kepada bangsa Eropa.
Mengapa suasana maju dan cemerlang itu tidak terjadi di alam Melayu walaupun Islam dan ilmu-ilmu dari dunia Islam Timur Tengah telah diajarkan sejak abad ke-13 lagi? Coba kita bandingkan hakikat ilmu di Nusantara dan di Eropa itu bagi mengenal pasti apakah yang menyebabkan kita terbelakang atau mundur, walhal daerah Nusantara ini bukan seperti Antartika. Nusantara adalah daerah yang subur dan kaya dengan berbagai hasil bumi dan pertanian.
Ilmu pengetahuan dari Timur Tengah yang dibawa ke alam Melayu bukanlah seperti yang terjadi di Eropa. Eropa menerima ilmu-ilmu dari dunia Islam saat umat Islam berada dalam kekuatan dan kemajuan. Sebab itu ilmu-ilmu yang kita katakan sebagai "akademis" itu berkembang pesat di Eropa dan akhirnya mereka maju.
Nusantara mewarisi suasana yang lemah dan mundur justru pemerintah Islam di Timur Tengah telah jatuh ke tangan bangsa Tartar. Pada tahun 1258 M atau pun abad ke-13, Kota Baghdad telah ditaklukkan oleh bangsa ganas Tartar tersebut. Kelompok-kelompok Sufi kemudian mengambil peran menjaga Islam.
AH Johns dalam eseinya muslim mystics and historical writing mengungkapkan apa yang telah disebutkan oleh Gibb tentang hal kejatuhan ini:
"After the capture of the caliphate, the task of maintaining the unity of the Islamic Community passed to the sufis, a development Rising from the close relationship between the sufi Shaikh and his disciples, the sufi missionary spirit and the popular basic of the movement. The Sufi orders gradually menjadi stable and disciplined foundations and some of them spread over wide Areas. "(dipetik oleh AH Johns 1993, 39).
Maksudnya setelah terjadi serangan bangsa ganas itu, orang-orang Sufi telah muncul dan berfungsi menyelamatkan Islam. Dan mereka ini mengembangkan aktivitas mereka ke wilayah-wilayah yang lebih luas. Para sufi pengembara telah melakukan petualangan hingga ke Nusantara.
Mereka berhasil menyebarkan Islam ke penduduk Nusantara dalam semua lapisan masyarakat. Berkat dan keistimewaan mereka telah menyebabkan terjadi perkawinan dengan wanita setempat, maka bertambah luaslah kegiatan pengislaman.
Berdasarkan Prof Naguib, Tariqat Naqsyabandiah adalah yang terbesar. Selain dari Tariqat ini ada delapan lagi Tariqat yang besar.
Tariqat-Tariqat itu adalah Qadariyyah, Rifaiyyah, Syadiliyyah, Chistiyyah, Syatariyyah, Ahmadiyyah, Tijamiyyah dan Alawiyyah (Naguib, 1963, 32).
Dari sembilan Tariqat ini terdapat banyak lagi organisasi yang lain. la dimulai dengan 14 jenis Tariqat kemudian terpecah lagi ke 163. Jadi kalau dicampur dengan yang asli, menjadikan 177 Tariqat, tetapi yang masih ada sampai hari ini berjumlah 76 jenis Tariqat saja (Abu Hassan Sham, 1980, 75).
Sarjana Sastra Melayu Klasik dari Rusia Vladimir I Braginsky dalam "antisipasi" untuk bukunya Tasawuf dan Sastra Melayu mengungkapkan bahwa di Nusantara ini tasawuf telah diserap masuk ke dalam kehidupan umat Melayu: "Sejak akhir abad ke-14 khususnya abad ke-16-17 tasawuf selalu memainkan peranan yang sangat penting dalam sejarah, agama dan budaya di kawasan Melayu - Indonesia yang maha luas itu.
Cukup dikatakan bahwa bentuk Sufi ternyata bentuk yang paling sesuai dengan mentalitas rakyat-rakyat di dunia kepulauan itu, bagi tersebar luasnya Islam di kalangan mereka. Semangat toleransi yang menjadi Kebiasaan dalam tasawuf mazhab Ibn Arabi yang agung itu serta juga efisiensi dan kefasihan misionaris-misionaris sufi yang tahu jalan-jalan menuju hati, baik para intelektual dan aristokrat yang terpelajar maupun rakyat jelata, sangat mempermudah bagi masuknya agama Islam ke dalam semua strata masyarakat. (1993, xi).
Praktek sufi ini adalah pada tingkat untuk menebal keyakinan dalam hati dan menjalin keakraban yang tinggi dalam konteks hubungan intim dengan Tuhan. Selain itu ilmu-ilmu dasar Islam seperti fikih, Tauhid, al-Quran dan al-Hadits serta lain-lain terus dipelajari.
Mahasiswa Malayo-Indonesia yang mendapat didikan di Mekkah dan Madinah pada musim haji atau setelah musim haji kembali ke Nusantara dan mengembangkan ilmu-ilmu itu kepada masyarakat setempat. (Azyumardi Azra, 1995, 17).
Samudra Pasai (1280-1400) adalah tempat penulisan kitab-kitab agama dan sastra Melayu. Yogyakarta (1400-1511) juga menampilkan hal yang serupa, ditambah lagi dengan cerita-cerita Hikayat pahlawan agung seperti Hikayat Amir Hamzah dan Hikayat Muhammad Ali Hanafiah yang dibaca untuk memulihkan semangat orang-orang Melayu untuk menentang Portugis pada 1511.
Acheh (1511-1650 M) menampilkan para sultan yang berminat kepada agama. Pusat studi agama didirikan. Sewaktu pemerintahan Sultan-sultan Iskandar Thani, Sultan Iskandar Muda dan Sultan Safiatuddin, ilmu pengetahuan khususnya agama dan tasawuf berkembang pesat.
Lahir di sini pujangga Hamzah Fansuri, Samsuddin al-Sumatrani, Nuruddin al-Raniri, Abdul Rauf Singkel, Bukhari al-Jauhari dan lain-lain. Hamzah Fansuri terkenal dengan buku-buku tasawuf aliran Wujudiah.
Suasana yang serupa lahir di Johor-Riau (1650-1800). Raja-raja Riau juga berminat pada ilmu pengetahuan agama dan sastra. Kota Penyegat menjadi pusat studi Islam dan banyak menerbitkan buku-buku bidang itu. Raja Ahmad, ayah Raja Ali adalah seorang yang sangat gemar pada ilmu agama. Raja Ali Haji adalah keluarga kerajaan yang menjadi alim dalam bahasa dan agama terutama ushuluddin dan tasawuf.
Peminat-peminat perkantoran klasik atau para pembaca yang ingin untuk mengetahui buku-buku dan corak ilmu dalam bidang-bidang sastra, fikih, ushuluddin, tasawuf, kisah nabi-nabi dan sebagainya bisa membaca buku Tenku Iskandar Sastra Klasik Melayu Sepanjang Abad (1995). Buku ini sangat komprehensif tentang judul yang dibicarakan di atas.
Setelah mendeteksi sejarah dan perkembangan pemikiran umat Melayu di Nusantara ini, penulis berpendapat skenario pemikiran, filsafat hidup dan budaya orang-orang Melayu sebelumnya mengitari-legar sekitar agama dan sastra. Alam Melayu didominasikan oleh paham ketuhanan, kemanusiaan dan kebudayaan. Bangsa Melayu dan lain-lain suku bangsa di kawasan ini telah menikmati kemajuan-kemajuan dalam bidang ini.
Namun seperti yang disebutkan di atas, ilmu-ilmu yang ada itu tidak luas dan tidak dapat menyelamatkan umat ini apabila diserang oleh misalnya bangsa-bangsa Barat.
Penentangan yang keras memang ada di lokasi-lokasi serangan yang terjadi, tetapi sejarah menampilkan umat ini kalah lalu tanah air yang subur ini dijajah. Sebab utama di sini adalah bangsa asing itu memiliki efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan umat Melayu di daerah ini.
Inilah persoalan yang perlu diperhatikan, bahwa citra Islam yang tiba di daerah kita pada abad ke-13 itu adalah citra Islam yang sudah lemah dan mundur. Tidak seperti yang terjadi di Eropa di abad pertengahan, seperti yang telah disentuh di atas. Ilmu-ilmu yang mengalir ke Eropa meliputi ilmu-ilmu yang mampu memajukan pemikiran dan pencetusan ide-ide ilmiah seperti filsafat, matematika, fisika, kedokteran, etik, psikologi, politik, astronomi, kimia, dan optik musik.
Ilmu ini diambil dan dipelajari secara serius di Eropa yaitu di Pusat perguruan tinggi yang telah disebutkan di atas. Sebaliknya setelah umat Islam parah diserang dan ditaklukkan oleh bangsa Tartar dan Baghdad jatuh ke tangan mereka pada tahun 1258 M, maka ilmu yang disebutkan itu tidak sampai ke sini. Ilmu yang tiba bukanlah dari Baghdad, Harran Iskandariyah, Antiokh yaitu kota-kata intelektual dan ilmiah sebaliknya dari Mekkah. Dua kata ini adalah kota agama yang penting dalam Islam dan ilmunya adalah ilmu-ilmu agama dalam gugusan ushuluddin dan syariah serta kaya dengan praktek tasawuf. Jadi inilah ilmu-ilmu yang dipindahkan ke Nusantara.
Umat ini "maju" hanyalah dalam konteks terbatas. Perkembangan rasionalisme dan ilmiah yang disebutkan oleh Naguib juga adalah dirujuk dalam perkembangan-perkembangan ini dan dari sudut perubahan dari Hudisma-Buddisma ke Islam bukan seperti yang terjadi di Eropa di abad pertengahan.
Ilmu-ilmu yang mampu menghasilkan kemajuan dalam arti yang lebih luas tidak sampai ke daerah ini. Oleh itu kita terkebelakang hingga kini. Penjajahan yang terjadi hanya menambah parah pada situasi masyarakat yang sudah lemah!

dikutip dari: tayibah.com
Bagikan

0 comments:

Posting Komentar

Sedikit Komentar Anda, sangat berarti untuk memajukan blog ini.. terimakasih sobat